1. Pengertian
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi
keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan
bahkan bagi negerinya. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan yang merupakan
hasil proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah
kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri
(inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan
dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaanya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
“I
don’t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a
leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.” –
General Ronal Fogleman, US Air Force
Jadi pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out). Seringkali seseorang pemimpin sejati
tidak dikenal atau dihargai keberadaanya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan
ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan
bahwa merekalah yang melakukannya sendiri.
“Pemimpin
bukan BOSS” Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan
mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru
mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang
dipimpinnya. Semakin dipuji atau dikultuskan, seorang pemimpin akan semakin
tinggi hati dan lupa diri. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada kerendahan hati (humble). Pelajaran mengenai kerendahan hati
dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar
afrika selatan, yang membawa bangsanya dari negara rasialis, menjadi negara
yang demokratis dan merdeka.
Seperti yang dikatakan
oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa “kepemimpinan dimulai dari
dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya”. Perubahan
karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Kita hidup dalam dunia yang serba berubah – politik, ekonomi yang selalu
berubah dengan begitu cepat dan terus berlangsung. Oleh sebab itu kesuksesan
kita akan selalu bergantung pada kemampuan serta tekad untuk mengembangkan
sebuah pemahaman yang menyangkut bagaimana kita menghadapi dan berinisiatif dengan
perubahan itu.
“The
only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing,
somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.” – Jhon
Maxwell –
(Satu-satunya cara agar saya tetap
menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa berkembang. Ketika saya berhenti
berkembang, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut)
Dalam menghadapi tantangan yang ada,
maka yang diperlukan oleh setiap orang adalah sebuah landasan mental yang
positif:
- terhadap orang lain;
- terhadap perubahan, dan
- terhadap masa depan.
Dua hal yang perlu untuk kesuksesan
kita adalah: sikap positif dan tekad untuk selalu balajar!
“belajar adalah sama dengan
mendayung melawan arus: Ketika anda berhenti mendayung, anda mulai begerak
mundur”– Anonymous –
(Dikutip dan disari dari ulasan
tentang “Kepemimpinan Sejati” oleh Aribowo Prijosaksono)
2. Empat Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
2. Empat Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
Tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok yang berbeda menuntut
gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Hersey dan Blanchard memilah gaya
kepemimpinan dalam perilaku kerja dan perilaku hubungan yang harus diterapkan
terhadap pengikut dengan derajat kesiapan/kematangan tertentu.
Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas,
dan pemberitahuan pada pengikut seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan,
kapan, dan bagaimana melakukannya. Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat
perilaku kerja yang tinggi di sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi
lain.
Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah, mendengar,
memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta
memberikan dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan
secara berbeda di aneka situasi.
Kategori dari
keseluruhan gaya kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka dalam 4 notasi yaitu
S1 sampai S4 yang merupakan kombinasi dari dua perilaku diatas:
S1: Telling (Pemberitahu)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini
menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya
kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing)
adalah karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan
dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang
jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
S2: Selling (Penjual) —
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini
menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan
gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia
menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap
individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini
muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin
perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum
siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
S3: Participating (Partisipatif)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat
(R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah
perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau
kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan
dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa
percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu
bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi
kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik
serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara
kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
S4: Delegating (Pendelegasian)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini
menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan
dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab
atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala
individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan
dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten
dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas
seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
EmoticonEmoticon